Penulis : Yusuf Situmorang
Pelalawan/CentraljNews.Com
Bertahan hidup sangat sulit, Untuk makan dan minum saja bawa sendiri dari rumah ke tempat kerja. Belanja per hari saja tidak dapat diandalkan dari membatik. Mendapat keuntungan Rp.100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) setiap bulan, krisis penghasilan berlangsung hingga 6 bulan inilah yang dirasakan Siti Nurbaya, pembatik Bono dari Kabupaten Pelalawan.
Awalnya kelompok Rumah Batik Andalan bernama “Kelompok Ibu-Ibu Pembatik” yang terdiri dari para wanita mendapat rintangan dengan tidak pernah gajian disebabkan semua pekerja masih tahap belajar dan hasilnya belum maksimal hal itu merupakan faktor utama sepi pembeli. Karna krisis keuangan tersebut banyak pembatik mengundurkan diri jadi pengrajin batik. Kelompok tersebut berjumlah 25 orang pembatik bekerja dengan tekun hingga akhirnya tersisa 4 orang, itulah sepenggal cerita Siti Nurbaya pada Selasa, (14 /12/2021) di Rumah Batik Andalan Pangkalan Kerinci, kisah memperjuangkan dan merintis bisnis Usaha Kecil Menengah(UKM) sebagai pengrajin Batik Bono.
Rumah Batik Andalan tidak mendapat keuntungan sama sekali bahkan merugi diperparah dalam situasi pengrajin batik dalam membatik serta kurangnya ilmu pemasaran produk batik yang mereka hasilkan, membuat pekerja satu persatu mundur jadi pembatik bak daun berguguran di musim semi, tak tertahan daun jatuh ke tanah.
Berkat ketekunan, kesabaran dan tidak gampang menyerah membuat usahanya membuahkan hasil menakjubkan. Saat ini Rumah Batik Andalan sudah dapat meraup keuntungan rata-rata sebesar Rp.75.000.000 (Tujuh Puluh Lima Juta Rupiah) perbulannya, Seiring waktu anggota Rumah Batik Andalan mendapat bantuan tenaga baru, sekarang pengrajin batik berjumlah 17 orang.
Dalam menekuni bisnisnya sebagai pengrajin Batik Bono, Siti Nurbaya mengalami pasang-surut, berbagai rintangan dilaluinya, ibarat nelayan yang menghadapi gelombang laut besar. Bahkan wanita yang akrab dipanggil “Buk Siti”. Pada saat memulai bisnisnya sampai meminjam kepada teman dan keluarga untuk menggaji pembatik, parahnya lagi Siti juga harus berhutang demi membeli material membatik.
Perempuan kelahiran Kabupaten Bengkalis 52 tahun silam tersebut dengan gigihnya membentuk “Rumah Batik Andalan” dengan modal seadanya, kemampuan membatik seadanya, sifat Siti teguh untuk menumbuh kembangkan budaya batik, itulah sebagai modal kepercayaannya dalam melakoni bisnis baru yang dibentuknya.
Ia berpegangan dengan kata-kata bijak motivator bisnis Indonesia, Bob Sadino yang mengatakan, “Jangan pernah berprinsip harus ada uang untuk mulai usaha, coba dibalik harus ada usaha untuk menghasilkan uang”, kutip Siti Nurbaya.
Untuk menjalankan bisnisnya perempuan 3 anak itu selalu mempunyai prinsip” Kerja keras, Ketekunan dan Kesabaran” yang ditanamkan kepada seluruh pembatik, hal itu merupakan modal para pembatik, dikarenakan membatik dengan tehnik colet harus dilakukan secara manual dengan melukis menggunakan kedua tangan yang terampil.
Semua itu membuat usaha Siti Nurbaya menjadi berbuah manis, pada 11 April tahun 2021 Batik Bono bertengger diposisi teratas di ajang Anugerah Pariwisata Riau (APR) Se-Riau, Batik Bono meraih nominasi Cinderamata terpopuler Se-Provinsi Riau. Penghargaan diserahkan di Anjungan Seni Idrus Tintin, Pekanbaru.
Kepala Dinas Parawisata Kabupaten Pelalawan Andi Yuliandri, S.Kom diberi kehormatan sebagai penerima piala penghargaan cinderamata terpopuler tahun 2021 Se-Riau, Batik Bono Pelalawan berhasil menyingkirkan puluhan para pesaingnya dari seluruh Kabupaten/Kota se Riau.
Selain itu Batik Bono juga merupakan pakaian tradisional yang berhasil membuka kacamata seluruh masyarakat Riau bahwa batik Pelalawan dapat bersaing secara nasional, hal tersebut dibuktikan dengan keberhasilan Batik Bono dalam acara bergengsi. Batik Bono berhasil menduduki juara 2 Anugerah Pesona Indonesia (API) 2021 Se-Indonesia. Saingan secara nasional sangat kompetitif, diketahui 136 Kabupaten/Kota, 27 Provinsi berpartisipasi dengan menampilkan nominasi terbaiknya pada 30 November 2021 lalu di Musi, Banyuasin Sumatera Selatan.
Batik Bono sudah menjadi kebanggaan Pelalawan dan juga kebanggaan Provinsi Riau, ditangan Siti Nurbaya istri dari H. Mispan tersebut karya Batik Bono sudah sampai dan dipasarkan ke luar pulau Sumatera, antara lain seperti pulau Jawa, pulau Kalimantan dan pulau Sulawesi.
Pemasaran Batik Bono bukan hanya merambah pasar nasional akan tetapi sudah Go Internasional, batik bono sudah masuk ke mancanegara seperti negara Singapora, Cina, Malaysia, Turki, Brazil bahkan sampai ke negara Afrika Selatan. Cara kerja Batik Bono berbeda dengan batik jawa, perbedaannya adalah batik Jawa dengan teknik celup, teknik tersebut mendapat kesulitan tersendiri, dimana lilinnya sering patah sedangkan Batik Bono menggunakan teknik colet (tulis) hal itu dapat mengurangi resiko lilin patah dan motifnya bisa lebih banyak dikarenakan kita diajak untuk lebih kreatif, inovatif untuk mengeksplorasi keindahan alam serta sejumlah jenis tumbuhan untuk dibuat menjadi karya batik yang indah.
Misalnya saja batik bono motif Eukaliptus, motif Pucuk Rebung, motif Keladi, motif Akasia adalah Batik Bono jenis tumbuhan yang sengaja kita eksplorasi dan menambah motif batik bono untuk dipasarkan kepada masyarakat Pelalawan hingga mancanegara.
Ukuran batik normal 2,25 M x 1,15 M, sedangkan untuk mengerjakan 1 lembar batik bono diperlukan waktu 4 hari, dikarenakan banyak tahapan yang tidak bisa dikebut sekaligus untuk menciptakan batik yang indah dan memiliki kualitas baik.
Dulunya pelatihan masyarakat Pelalawan untuk membatik yang diselenggarakan PT.Riau Andalan Pulp and Paper(PT RAPP) melalui program Community Development (CD) pada Desember 2013, tidak disangka berhasil memancing minat Siti Nurbaya dan perempuan lainnya untuk menekuni pekerjaan pembatik yang dilatih langsung oleh pembatik handal dari Jogja sebagai pusat batik Indonesia.
Pada tahun tersebut masyarakat diajari membatik berjumlah 60 orang perempuan dari berbagai latar belakang, bertempat di Balai Pelatihan dan Pengembangan Usaha Terpadu (BPPUT) Town Site II Pangkalan Kerinci, lalu dengan menjalani berbagai pelatihan batik para pembatik diseleksi kembali menjadi sekitar 25 orang. Pembatik seperti yang kita ketahui bukan hanya tentang kemauan akantetapi tentang skill melukis dan kesabaran.
Itulah alasannya kantor Rumah Batik Andalan sampai berpusat di BPPUT Town Site II Pangkalan Kerinci, sedangkan kantor cabang berada di Gg. Pinang ujung Kelurahan Pangkalan Kerinci Kota, Kecamatan Pangkalan Kerinci.
Peran serta pihak perusahaan PT RAPP membentuk pembatik handal tidak diragukan, dari berbagai provinsi juga turut diundang pihak CD perusahaan seperti dari Solo, Jawa Timur, Jakarta bertujuan menambah pengetahuan serta pengalaman para pembatik daerah khususnya sebagai pembatik ” Teknik Colet ” yang ada di Propinsi Riau.
Diklat membatik tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat, menambah pengetahuan dan memberdayakan masyarakat sekitar operasional perusahaan. Bukan hanya ilmu dalam membatik saja diberikan pihak RAPP akan tetapi mengajari dan membantu para pembatik untuk menjual produknya. Pihak PT RAPP bantu bukan dari materi akantetapi buat pelatihan sampai peserta bisa berdikari sendiri dan dibantu dengan peralatan, kain untuk membatik.
Bantuan pelatihan membatik yang diselenggarakan pihak perusahaan adalah bukti nyata kepada masyarakat sekitar tentang peran serta Industri Terpadu Pulp, Paper dan Rayon dalam mendorong pertumbuhan daerah dan Pengembangan Masyarakat di Provinsi Riau.
Belajar membatik masih banyak kekurangan, dan memang sepi pembeli tetapi order pertama yang diperoleh berasal dari PT RAPP dengan memesan Syal (Selendang kecil untuk leher) sebanyak 100 lembar dengan corak batik. Orderan tersebut ibarat membuat angin segar bagi Siti Nurbaya serta para pembatik lainnya untuk kembali semangat membatik untuk mempertahankan tradisi Indonesia.
Pihak perusahaan juga memesan batik dari Rumah Batik Andalan untuk para karyawan yang berjumlah ribuan, batik tersebut dipakai sebagai salah satu pakaian resmi karyawan PT RAPP untuk pada hari tertentu.
Bak angin segar kembali dirasakan, pihak perusahaan group Garuda Emas memesan berjumlah 2000 helai batik dengan motif Bono dan Tabur Geringging, pesanan ini sedang dalam tahap pengerjaan dan ditargetkan bulan Juni 2022 seluruh batik pesanan sudah selesai, hal itu dirasakan sebagai dukungan nyata perusahaan terhadap para pembatik yang sudah dilatih melalui program CD (Community Development) oleh pihak RAPP.
Karnanya Rumah Batik Andalan yang didirikan Siti Nurbaya dan teman-temannya merupakan mitra binaan PT RAPP semenjak tahun 2014.
Perusahaan tidak memberi uang langsung untuk dibelanjakan akan tetapi membekali masyarakat dengan pengetahuan membatik yang mumpuni.
Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Pelalawan (Pemkab Pelalawan) juga mereka dinilai sangat luar biasa, bagaimana caranya, Pemkab Pelalawan mendukung kelompok pembatik dengan membeli produksi Rumah Batik Andalan dari berbagai dinas atau satker.
Bupati Pelalawan Zukri Misran turun gunung berpartisipasi membantu para pembatik dengan cara memesan baju batik produksi Rumah Batik Andalan. Pembelian baju batik ini merupakan dukungan baik bagi pertumbuhan usaha batik bono.
Melalui Dinas Pariwisata Pelalawan juga membantu promosi Rumah Batik Andalan, dengan semangat kebersamaan, kesabaran untuk menjaga batik tetap lestari di Negeri Tuah Sekata. Pihak Pemda Pelalawan mendukung hingga Pembuatan Hak Atas Kekayaan Intelektual atau HAKI “Batik Bono” pada Tahun 2015. Sebanyak 5 jenis batik bono sudah mendapat HAKI yaitu motif Bono, motif Akasia, motif Lakung, motif Eukaliptus dan motif Timun Suri.
Kadis Pariwisata Pelalawan, Andi Yuliandri S.Kom sangat mendukung kegiatan Rumah Batik Andalan sebagai wadah penghasil Batik Bono. Kini Pemda Pelalawan kini terus mendukung kegiatan pengrajin batik bono dan Disbudparpora akan melakukan promosi keberbagai tempat hingga promosi ke pemerintah pusat, ucapnya pada Jumat, (17/12/2021).
Kreativitas tanpa batas juga ditekankan Siti Nurbaya kepada para pekerja, hal itu membuahkan hasil menakjubkan, Rumah Batik Andalan sudah memiliki ratusan motif Batik Bono.
Terinspirasi dari Panorama pelalawan dan panorama riau. Selain itu Rumah Batik Andalan juga memiliki motif batik dengan geometri, motif tanaman sedangkan yang dikerjakan sekarang ini merupakan batik motif Keladi dan motif Keong.
Bukan hanya itu, Rumah Batik Andalan juga sudah mendaftarkan brand Batik Bono di Menkumham RI pada 2020 guna menghindari hal negatif yang terjadi dikemudian hari, tutur Siti Nurbaya kelahiran Bengkalis itu.
Karena keuletan Siti Nurbaya dan para pengrajin batik Pelalawan kini Siti sudah dipercayakan sebagai guru pembatik di Kabupaten Siak, Kampar dan Kabupaten Kuansing sebagai program CD PT. RAPP dalam membantu mensejahterakan, memberikan pelatihan masyarakat di wilayah operasional perusahaan.
Hal paling bahagia ketika kita bisa “Berbagi Pengetahuan Membatik” kepada calon pembatik, diajari dari awal bagaimana cara membatik yang baik, tak kalah penting membagi pengetahuan melakukan pemasaran baju batik secara offline dan secara online diberbagai sosial media, ungkap Siti Nurbaya, Pemilik Rumah Batik Andalan.
Teknik membatik yang dahulunya diperoleh tetap diajarkan kepada para peserta dari berbagai Kabupaten dengan harapan supaya ada generasi penerus pembatik sebagai penjaga budaya kain batik Indonesia dari Kabupaten Pelalawan.
“Kedepan pihak PT. RAPP tetap akan melakukan pelatihan dan pendampingan” beber Sundari Berlian Manager Operasional CD Departement RAPP pada Sabtu, (18/12/2021) pada kesempatannya, ia menambahkan mitra binaan akan tetap ikut kegiatan pameran dan pihaknya mendukung pemasaran serta bersinegi dengan pemerintah kabupaten. Sebagai kelompok yang sudah mandiri berpesan kepada Rumah Batik Andalan penghasil Batik Bono agar terus bersemangat, berinovasi, kembangkan motif-motif baru mulai gunakan pewarna alam yang tersedia.
Sundari Berlian menuturkan, program selanjutnya untuk para pembatik Rapp adalah dengan tetap melakukan pendampingan dan dukungan dari sisi pemasaran baik offline maupun online, guna mendukung kegiatan Rumah Batik Andalan maupun pengrajin batik lainnya.
Pembinaan mitra CD PT. RAPP dilakukan bertujuan untuk mengembangkan usaha sebagai bentuk “Peran Industri Terpadu Pulp, Paper dan Rayon dalam Mendorong Pertumbuhan Daerah dan Pengembangan Masyarakat di Provinsi Riau”, akhir Sundari.
Semoga pembatik pelalawan dapat mempertahankan karya original (Asli) batik tulis dan tetap menjaga kebudayaan batik terutama Batik Bono yang sudah tersohor hingga mancanegara, hingga akhirnya Batik Bono dikenal dan dikonsumsi masyarakat luas dunia nantinya, semoga saja… amin.!