Akibat Pandemi Covid-19 sangat berdampak bagi kehidupan masyarakat yang hidupnya bergantung pada pencaharian setiap hari untuk melanjutkan kehidupannya. Hal itu menjadi kekhawatiran dimana manusia tidak bisa memprediksi kapan akan berakhir Covid-19, walau sebahagian daerah di Indonesia sudah melaksanakan kehidupan New Normal.
Dampak sikis dan perekonomian yang mengkhawatirkan kelanjutan hidup warga dapat kita lihat di salah satu Rumah Sakit di Semarang yaitu RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO” yang menjadi salah satu Rumah Sakit Rujukan untuk menangani masyarakat yang terpapar Pandemi Covid-19, dimana pasien
setiap harinya selalu bertambah akibat Covid-19 yang menghantui sikis kita.
Bahkan areal parkir RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” yang biasanya dipakai untuk memarkirkan kendaraan bermotor bagi karyawan dan pengunjung pasien disulap oleh manajemen RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” menjadi ruang tunggu pasien yang ingin berobat demi untuk memutus mata rantai dan mengurangi dampak penyakit menular ini.
Ibu Ester salah satu petugas medis rumah sakit bagian laboratorium menceritakan kepada awak media Centraljnews.com, ketika melakukan pengecekan, pengambilan darah pasien yang bukan positif (Berobat) selalu dibayangi rasa cemas, karena pandemi Covid-19 yang mematikan ini tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Bahkan untuk pengambilan sample darah pasien yang positif Covid-19 para petugas medis laboratorium mendapat jatah tugas satu orang setiap pengambilan sampel darah pasien untuk memastikan positif Covid-19 atau negatif dengan cara bergantian.
Setiap harinya juga para petugas laboratorium memeriksa sampel darah paramedis yang bertugas di rumah sakit tersebut untuk meminimalis para petugas yang terpapar pandemi Covid-19
Karena biasanya sebelum pandemi Covid-19, petugas bisa keliling ambil sample darah satu sampai dua orang ke ruang pasien. Kita sebagai manusia yang memiliki akal selalu bertanya dalam diri kita, kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.
Dampak sendi kehidupan kian mencekam dirasakan salah satu warga semarang, saat awak media Centraljnews.com bertemu dengan pak Yanto seorang Ojek Online bercerita bahwa dulu sebelum pandemi Covid-19 Pak Yanto bekerja sampai jam 12 malam dengan penghasilan Rp.150.000 per harinya untuk keperluan rumah tangga dan kebutuhan sekolah anak-anak serta dapat melanjutkan kehidupan keluarganya
Tetapi di masa pandemi Covid-19 Pak Yanto hanya bisa beroperasi sampai pukul 19.00 wib. Penumpang yang di dapat hanya sekitar 1 atau 2 orang saja, jika dihitung-hitung untuk kebutuhan sehari saja kurang dan kita tidak boleh berharap pada pemerintah saja di situasi seperti ini karena senusantara juga terdampak. Walau berat dan menghadapi tantangan saya harus berusaha dan kita semua memaknai cobaan ini tidak akan datang melebihi dari kekuatan kita ujarnya.REIN
Plt. Bupati Simalungun Lakukan Koordinasi di Kecamatan Panei
Simalungun/CentraljNews.Com Memasuki tahun akhir memimpin Pemerintah Kabupaten Simalungun tahun 2024, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Simalungun, H. Zonny Waldi terus menggenjot...
Read more